Dulu, semasa Sobirin masih kecil, Sobirin mempunyai anggapan buruk tentang orang yang buang sampah sembarangan. Begitupun dengan perilaku lainnya yang menurutnya termasuk perilaku tercela seperti mencontek, berbohong dan sejenisnya.

Dulu waktu Sobirin SD, di setiap ulangan, dia selalu inget sama pesen ibunya yang bilang “walaupun nanti nilai kamu kecil juga gak apa-apa, yang penting hasil sendiri, jangan nyontek”. Dan bener,Sobirin gak pernah nyontek pada saat SD.
Tapi, seiring bertambahnya jenjang pendidikan ataupun bertambahnya usia, sedikit demi sedikit pendidikan moral itu semakin terkikis. Dari yang tadinya gak pernah nyontek, malah jadi pecontek berat. Dari yang tadinya gak pernah boong, malah jadi pembohong besar. Yang dibohongi juga siapa aja, guru, temen, sampe ke orang tua.
Semua perilaku yang sobirin anggap tercela pada waktu ia kecil, ternyata jadi bertolak belakang dengan kehidupannya sekarang.
Berawal dari iseng nyoba-nyoba, Sobirin jadi terbiasa ngelakuin suatu hal. Nyoba-nyoba nyontek, eh malah kebiasaan. Jadinya di setiap ulangan malah ngegantungin semuanya sama contekan. Begitupun dengan hal lainnya yang berawal dari coba-coba.
Kini, sobirin duduk di kursi pemerintahan, mempunyai kekuasaan yang tinggi yang andai dia ingin, dia bisa saja merubah bangsa ini menjadi bangsa yang hancur.
-
Cerita di atas adalah sebuah ilustrasi dari (mungkin) sebagian pemerintah sekarang.
Gue sering mikir, “apa semakin kita dewasa kita semakin melupakan nilai moral yag ditanam oleh orang tua kita sewaktu kita masih kecil?”.
“apa semakin kita dewasa kita jadi menganggap hal buruk yang kita lakukan adalah hal yang biasa biasa aja?”.
“apa orang tua kita mengajarkan hal hal baik pada kita untuk di terapkan hanya pada saat kita masih kecil aja?”.

Semua kembali ke diri kita masing-masing. Apakah kita mau terus nerapin nilai moral yang dianggap sepele namun berefek sangat besar terhadap diri kita sendiri. Atau sebaliknya.

Sebenernya semua orang di dunia ini terlahir sebagai orang yang baik. Hanya saja, lingkungan yang memperngaruhi mereka sehingga mereka menjadi orang jahat.
Kita sebut saja pemerintah. Gue yakin, sewaktu mereka masih kecil, gak ada sedikitpun niat buruk seperti ingin korupsi kalo dia udah gede. Contohnya, dia lagi belajar di kelas, terus ditanya sama gurunya, “Sobirin, cita-cita kamu mau jadi apa?”, lalu dia jawab “saya mau jadi Presiden, memimpin bangsa ini menjadi bangsa yang makmur”. Gak bakal dia jawab, “saya mau jadi anggota DPR biar bisa tidur sama korupsi uang rakyat, terus masuk tipi”. Gak akan.

Orang Indonesia emang udah capek banget sama pejabat yang korupsi. Dan jumlah pejabat Indonesia yang korupsi itu banyak banget.
Tapi, sekarang orang-orang mempunyai harapan besar terhadap pemerintahan Indonesia dengan adanya Gubernur DKI Jakarta, Djoko Widodo (Jokowi) yang sekaligus Calon Presiden dari partai PDIP.
Dengan sikapnya yang dianggap pro rakyat, Jokowi menjadi orang yang dicintai oleh masyarkatnya. Jokowi dianggap peduli dengan masyarakat karena kebiasaannya keliling ke setiap pelosok daerah di Jakarta (semacam ronda).
Tapi, yang sering gue pertanyakan adalah, “niat baik kok harus bawa-bawa wartawan?”
“apa harus di setiap kegiatan baik, harus selalu ada wartawan? Selalu diliput biar semua orang tau? Lu mau membenahi apa mau masuk tv?”.
Gue gak menganggap Jokowi adalah Gubernur yang pengen banget masuk tipi, enggak. Tapi gue heran aja, kenapa semua pejabat yang sekalinya turun ke lapangan kok bareng wartawan terus?

Oke, lupain tentang pejabat yang pengen masuk tipi itu.
Karena Jokowi terpilih sebagai Capres dari PDIP, orang-orang jadi rame menganggap Jokowi bakal memimpin bangsa ini menjadi bangsa yang sejahtera, gak ada korupsi.
Tapi sebenarnya mereka lupa bahwa PDIP juga bukanlah partai yang bersih dari korupsi.

Jadi gimana?
Ya gak gimana-gimana, gue sih berharap kalo Jokowi atau siapapun jadi Presiden, mereka bisa ngebersihin kursi pemerintahan dari dalam. Karena cara terbaik buat ngebersihin adalah dari dalem, karena otak pemerintahan adanay di dalem.
-
Pemilihan Presiden akan dilaksanakan pada bulan Juli, kurang lebih 2 bulan lagi dari sekarang. Dan sampai saat ini, gue masih bingung mau milih siapa. Tapi yang jelas gue bakal sering mantau Capres-Cawapres di media biar nantinya gue gak salah milih pemimpin.
Saran gue, siapapun yang menurut lu baik, bersih dan jujur. Yuk dukung dia biar bisa jadi pemimpin bangsa ini. bukan sebaliknya malah ngediemin.
Contohnya waktu pemilihan Caleg kemaren, banyak banget orang baik dan orang jahat yang pengen duduk di kursi pemerintah. Kalo kita tau di sekitar kita ada orang baik, harusnya kita dukung dia. Karena kalo gak didukung, kursi pemerintahan bakal didudukin sama orang yang gak baik. Emang lu mau punya pemimpin gak baik? Yah pasti gak mau.
Makanya, yuk kita dukung orang-orang yang menurut kita pantas duduk di kursi pemerintah.
Kalo misalkan lu gak yakin sama semuanya, jalan terakhir adalah golput.
Saran gue, kalo misalkan lu mau golput, lu tetep dateng ke TPS dan gunakan hak lu buat milih. Tapi mending coblos semuanya. Karena kalo lu biarin tetep kosong, terus ada pihak jail nyoblos jagoannya kan gawat. Walaupun cuma satu suara, tetep aja ngaruh.

Mungkin cukup sekian, pesen dari gue, "pilihlah pemimpin yang baik jangan cuma pengen masuk tipi doang".