Kita hidup di zaman yang segala
sesuatunya dibarengi musik. Belajar sambil dengerin musik, pergi ke ke luar
rumah ada yang muter musik, pergi ke konser musik ada yang maen musik.
Yaiyalah. Pokoknya musik ada di mana-mana. Apalagi di televisi.
Kurang lebih 1 tahun yang lalu,
sebuah Partai Politik di Indonesia memperkenalkan mars-nya via iklan televisi,
sebuah cara yang bagus, mempromosikan partainya lewat media yang bisa sampai di
semua lapisan masyarakat. Lagu tersebut diperdengarkan setiap iklan,
diulang-ulang, meresap ke otak, lalu menjadi cacing telinga.
Pertama gue denger lagu tersebut
pas iklan acara Upin Upin, terdengar biasa aja, yang gue tangkep pada lagu
tersebut tepat sasaran: iklan Partai Politik. Beberapa jam kemudian, gue
nyalain tv lagi, ada iklan Parpol itu lagi. It’s ok, gue pikir, yang namanya
promosi harus gencar. Lama-kelamaan, jam demi jam, hari demi hari, iklan parpol
itu diputar berulang-ulang, diperdengarkan sesering mungkin sehingga periklanan
televisi Indonesia dikuasai Partai Perintol tsb.
Pulang kuliah gue lihat adek gue
nongkrong depan tv, nonton BoboiBoi. Gue ikutan nimbrung, lalu muncul iklan
Perintol. Seiring lagu dinyanyikan, adek gue ngikutin lagu tsb dan dia hafal.
Gue tanya “kok apal banget?” dia jawab “lagunya enak, gampang diapalinnya.”
Beberapa hari kemudian, sore-sore
adek gue dan rombongannya ke rumah nonton kartun bareng. Pas muncul iklan Perintol,
segerombolan anak-anak tersebut seperti terhipnotis, mereka menyanyikan lagu
tsb bersama-sama, “marilah seluruh rakyat Indonesia, arahkan pandanganmu ke
depaaaan..” mereka menyanyikan lagu itu dari awal sampe akhir dan mereka hafal.
Gila! Gue kesel , gue ambil remot dan gue matiin tv. Gak cocok aja liat anak
kecil nyanyiin mars partai politik.
Kekesalan gue berakhir rasa
penasaran, gak habis pikir anak kecil hapal lagu tersebut, malemnya gue nonton
tv, ketika ada iklan perintol, gue nyoba ngikutin lagu tsb dengan membaca lirik
yang tersedia di tayangan iklannya. Gue pikir “enak juga lagunya.” Di iklan
berikutnya gue seperti terhipnotis masuk ke dalam lagu tersebut. Tanpa sadar
gue ngikutin lagu itu dengan menyanyikan secara bersuara. “ooooh perintol, oooh
perintol, jayalah Indonesiaaaa..” di bagian akhir reff gue nyanyiin lagu
tersebut tanpa sadar diliatin Emak gue, Dia melihat dengan tatapan aneh seolah
bilang “Anak gue kenapa nih?” atau “Ni anak kesambet apa ya..” atau “itu
celana dalem yang dia pake kayaknya punya Bapaknya deh.”
Sejak kejadian malam itu, tanpa
disadari gue jadi hafal lirik Partai Perintol. Lagu tersebut sudah meresap ke
jiwa dan raga, berdiam di kepala, yang ngebuat gue selalu ingin dengerin lagu
itu.
*
Sepulang sekolah adek gue cerita
tentang harinya di sekolah. Dia cerita pas praktek menyanyi, temennya
menyanyikan Mars Perintol. Gila! Perintol efek, gue bilang. seketika gue
khawatir apakah adek gue melakukan hal yang sama.
“kamu juga nyanyiin lagu
Perintol?” tanya gue was-was.
“ya enggaklah.” Jawab dia yang
ngebuat gue lega.
“terus nyanyiin lagu apa?” tanya
gue lagi.
“goyang dumang.”
Hening.
Lama kelamaan gue khawatir mars
perintol menguasai semua aspek di negeri ini. Karena sering diperdengarkan,
orang-orang jadi hafal, dan selalu ingin mendengarkan lagu tsb. Bahkan
memasukan lagu itu di daftar favorit playslist di handphone mereka
masing-masing, lalu menyanyikan di keadaan yang tidak seharusnya. Misalnya lagi
galau.
Dulu mah orang normal kalo lagi
galau dengerinnya macem Someone like you, atau lagu-lagu galau yang sewajarnya.
Gue khawatir anak sekarang diputusin pacar, sedih, pergi ke kamar mandi,
nyalain shower, nangis sambil nyanyiin Mars Perintol dengan terisak-isak. Geli
banget.
Kegelisahan gue tentang lagu
tersebut yang ngebuat gue sebisa mungkin menghindari mendengar lagu tsb, setiap
iklan perintol langsung gue ganti chanel, setiap ada orang yang nyanyiin
perintol gue suruh berenti, “BERISIK LO!” bentak gue.
Tapi, pucuk dicinta ulampun tiba,
gue yang menghindari mars Perintol akhirnya dipersatukan di sebuah acara
pelantikan kader Perintol Pandeglang.
Jadi ceritanya gue di rumah gak
lagi ngapa-ngapain, ditelpon temen gue, dia ngajak dateng ke acara pelantikan
Partai Perintol. Awalnya gue masih menjadi seorang yang idealis dengan menolak
ajakan tersebut, sampai akhirnya dia bilang, “yakin? Dikasih nasi kotak dan ada
uangnya loh.” Seketika idealisme gue rontok. Hanya dengan iming-iming nasi
kotak dan uang yang gak seberapa gede gue hadir di acara tersebut. Murahan
banget. Seketika gue belajar bahwa gue harus berdamai dengan idealisme
sendiri, kadang idealisme yang selama ini dipegang teguh gak bisa diterapin di
dunia nyata. Dan orang yang gak bisa ikutin idealisme bukan berarti munafik.
Pelantikan Kader Perintol Kab. Pandeglang |
Sesampainya di GP Pandeglang, gue
masuk dan nunggu Ketua Umum Partai Perintol dateng, dan ternyata nunggu ketua
Parpol tsb lebih lama dari nungguin cewek dandan, sampai 2 jam. Kampretnya,
selama kegiatan menunggu berlangsung, lagu Perintol diputar berulang
berulang-ulang, dan ngebuat gue jadi cinta lagi sama lagunya. Lagu tersebut
kembali meresap ke dalam kepala lalu menjadi cacing telinga, yang ngebuat rindu
akan dikumandangkannya lagu tersebut, dan selalu ingin menyanyikan ulang.
Sampai sekarang tulisan ini
dibuat, lagu tersebut masih terus berdendang di kepala, dan tolong, hentikan
lagu itu dari kepala saya!